Awal Mula Muncul Mitos Gaib Pada Burung Perkutut - Bagi yang hobi memelihara burung perkutut, anggungan unik perkutut mungkin sudah tidak asing lagi. Burung ini memiliki suara khas yang sembar. Tak heran, kontes rutin burung perkutut selalu ramai setiap tahunnya. Dalam kepercayaan Jawa kuno, burung ini tidak hanya sebatas burung peliharaan saja, melainkan juga sebagai simbol lelaki dewasa sejati.
Sisi menarik dari perkutut adalah kerap kali disebut sebagai hewan gaib, terlebih bagi orang Jawa yang memiliki tradisi yang kental. Tak jarang mereka yang memelihara burung perkutut dengani anggapan bahwa burung perkutut ini memiliki kegaiban dan bahkan dianggap memiliki daya magis.
Awal Kisah Perkutut Menjadi Hewan Gaib
Bagi masyarakat luar Jawa, mungkin akan bingung mengapa perkutut disebut sebagai hewan gaib. Mitos ini dapat dipahami dengan menelusuri sejarah burung bertubuh mungil ini. Menurut kepercayaan yang ada, hal ini berawal dari kisah pada era kerajaan Majapahit.
Pada masa itu, kepemilikan perkutut hanya pada kalangan ningrat di kerajaan. Tak heran jika burung ini dianggap sebagai hewan yang prestisius dan tidak bisa dimiliki sembarang orang. Prabu Brawijaya selaku raja terakhir di Majapahit menjadi salah satu yang memelihara burung legendaris ini. Namun, perkutut yang ia miliki disebut-sebut bukanlah burung biasa. Pada beberapa pendapat menyebutkan juga bahwa Prabu Brawijaya ini sangat menyukai jenis Perkutut Katuranggan Putih Kapas Mata Merah.
Menurut kepercayaan yang ada, perkutut milik Prabu Brawijaya merupakan jelmaan roh pangeran Joko Mangu dari Padjajaran. Mitos mengatakan bahwa seseorang telah berniat jahat pada pangeran, namun kerajaan gagal menangkapnya karena ia berhasil kabur. Alhasil, pangeran dikutuk menjadi burung perkutut yang akhirnya keluar dari Padjajaran dan terbang jauh.
Kemudian Ia terbang sampai ke kerajaan Majapahit dan bertemu dengan Prabu Brawijaya yang saat itu memerintah. Sejak saat itu, Prabu Brawijaya memelihara perkutut yang merupakan jelmaan Pangeran Joko Mangu. Raja Majapahit tersebut membawa burung ini bahkan saat dirinya memutuskan hijrah ke Ngayogyakarta.
Awal Mula Joko Mangu Menjadi Jelmaan Perkutut
Kisah mengenai Joko Mangu yang merupakan jelmaan perkutut disebutkan dalam babad galuh mataram kuno. Disebutkan bahwa Joko Mangu merupakan putra dari Prabu Brawijaya yang selama ini menghilang tanpa sebab. Sang Prabu merasa terpukul saat mengetahui bahwa ia telah kehilangan anaknya. Prabu memerintahkan prajurit Majapahit untuk mencari anaknya hingga bertahun-tahun. Namun, tidak pernah menemui titik terang keberadaan putra kesayangannya tersebut. Ditengah kesedihannya, kemudian Prabu Brawijaya meminta petunjuk pada Hyang Widi. Saat itu, Ia mendapat wangsit bahwa putranya telah dikutuk menjadi burung perkutut.
Setelah itu, Prabu memerintahkan prajurit untuk mencari perkutut lalu membawanya kembali ke Majapahit. Suara perkutut jelmaan Joko Mangu sangat merdu. Tak heran, jika burung ini dijadikan pusaka dan dikeramatkan di Kerajaan Majapahit. Selain itu, suara burung ini menimbulkan ketentraman hati hingga menyentuh nurani. Hal inilah yang dirasakan Prabu Brawijaya yang telah kehilangan anaknya sampai bertahun-tahun. Setelah mendapat informasi bahwa putranya menjadi jelmaan perkutut, rindu Sang Prabu kepada anaknya sedikit terobati. Meski anaknya telah berubah menjadi perkutut, Prabu tetap memeliharanya sepanjang hidupnya.
Dari kisah kerajaan inilah perkutut dianggap sebagai burung yang prestisius dan keramat, terutama bagi kalangan orang Jawa. Budaya keraton pada era Majapahit menjadi titik awal berkembangnya mitos tersebut. Bahkan hingga kini burung perkutut dianggap sebagai hewan penuh misteri dan dipercayai masyarakat karena disebutkan dalam legenda Majapahit. Apalagi jenis perkutut katuranggan, jenis perkutut ini ada banyak dan bagi yang percaya masing-masing dari jenis perkutut ini memiliki pamor, yoni ataupun kegaiban.
Pada dasarnya, burung ini memang memiliki nilai lebih sehingga dianggap keramat. Sejarg ataupun cerita mengenai perkutut jelmaan Joko Mangu menjadi salah satu yang paling terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa kisah Prabu Brawijaya dan putranya merupakan asal mula perkutut dianggap hewan gaib dan keramat.